Guru Madrasah di Gaji Cuman 500 Ribu, Dimana Peran Pemerintah?
Saat ini, banyak guru madrasah di Pandeglang, Banten yang hanya mendapatkan gaji Rp 50 ribu per bulan untuk mengajar. Kementerian Agama memiliki keterbatasan dana dan tidak dapat melakukan banyak hal untuk membantu para guru MDTA tersebut.
Menurut Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Pandeglang, Agus Salim, tidak ada anggaran untuk menghormati guru MDTA dari pihak Kemenag. Namun, masih mungkin ada anggaran dari lembaga lain yang belum diketahui.
Menurut Agus, Kemenag bertanggung jawab untuk mengawasi dan membuat kurikulum MDTA. Namun, kementerian ini tidak memiliki anggaran untuk biaya operasional madrasah karena hal tersebut sudah ditanggung oleh pemerintah daerah.
Menurut Agus, bantuan dalam bentuk hibah ke lembaga pendidikan non formal merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Dinas Pendidikan setempat secara rutin memberikan bantuan ke masing-masing lembaga tersebut.
Meskipun telah bekerja sebagai guru di Madrasah Diniyah Takmilyah Awaliyah (MDTA) Ar Raudoh di Pandeglang, Banten selama ini, mereka masih belum dapat menikmati pendapatan yang layak dari proses belajar mengajar. Hanya dengan mendapatkan gaji sebesar 50 ribu rupiah per bulan dari bantuan pemerintah daerah.
Menjadi kepala sekolah memang tidak mudah, terlebih lagi ketika pendanaan yang diterima sangat minim. Hal ini diketahui oleh Kepala Sekolah MDTA Ar Raudoh Sukanta, yang selama ini hanya bisa memberi gaji guru-guru di sekolahnya sebesar Rp 50 ribu per bulan. Dengan sekolah yang berisikan sekitar 70 siswa dan hanya menerima bantuan senilai Rp 6,5 juta dari pemda setiap tahunnya, Sukanta harus mengelola dengan bijak untuk memenuhi semua kebutuhan sekolah.
Dengan bantuan sebesar Rp 6,5 juta yang diberikan, setiap guru hanya akan menerima gaji sebesar Rp 50 ribu per bulan. Dalam madrasah saya, ada empat guru yang harus diberi upah, sehingga dana tersebut tidak cukup untuk membayar seluruh gurunya (dengan gaji Rp 50 ribu per bulan). Sukanta juga menjelaskan hal ini dalam wawancara telepon.
Meskipun menghadapi situasi yang sulit, Sukanta dan para guru di madrasahnya tetap berdedikasi untuk memberikan pelajaran agama kepada anak-anak di wilayah mereka. Dia menekankan pentingnya Pandeglang untuk mempertahankan identitas keagamaannya, karena sejak lama daerah ini telah dikenal sebagai “kota seribu ulama dan jutaan santri”.
Sukanta berharap pemda dapat mempertimbangkan situasi ini. Bahkan, ia menyarankan agar anggaran bantuan yang diberikan setiap tahun juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan kesejahteraan para guru agama yang mengajar di madrasah.
“Meskipun madrasah bukan lembaga pendidikan formal, kami tetap berkomitmen untuk memberikan anak-anak pengajaran tentang agama dan kepercayaan. Kami tidak menuntut bantuan besar dari pemerintah, tapi setidaknya ada perhatian kepada para guru di madrasah yang juga memiliki hak untuk sejahtera,” ungkap Sukanta.